POLA PIKIR HITAM-PUTIH

Paradigma masyarakat kerap kali terjebak pada "pola pikir hitam-putih" dalam menilai seseorang (hitam-putih : baik/buruk). Ada anggapan masyarakat bahwa status keberkahan lebih memihak kepada yang sudah menikah, bukan kepada yang belum menikah.
Waduh jika pola pikirnya demikian, bagaimana dengan ulama dan sufi yang hingga ajal menjemputnya belum menikah, seperti Imam Nawawi, Sayyid Quthb Ibnu Taimiyyah, Rabi’ah al-Adawiyah, dan lainnya, apakah dapat label hidupnya kurang berkah ? Tentu saja tidak. Mereka adalah tokoh yang ilmu dan amal ibadahnya sungguh tak terkira, karya-karyanya mampu menginspirasi dan mengubah dunia. Pernikahan bukanlah tolak ukur kehidupan seseorang menjadi berkah/tidak. Label keberkahan pada pernikahan adalah jikalau pasangan suami-istri dapat merasakan seranai anugrah dan indahnya kehidupan karena menikah. Namun, tidak sedikit pula yang hidupnya tidak lebih baik malah sebaliknya, setelah menikah justru menimbun konflik rumah tangga yang tak kunjung usai.
Fenomena seperti ini dapat dilihat seperti pada kasusnya "Manohara" yang dalam perjalanan pernikahannya ia selalu mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau kasus lain yaitu yang karena kemelut rumah tangga antar suami-istri yang berkepanjangan hingga seorang ayah hilang kendali, melampiaskan kemarahannya pada sang anak dengan menabrakkan kaki sang anak ke rel kereta api. Nama sang anak itu adalah "Tegar", setegar pemilik nama tersebut yang kulihat dari tayangan televisi saat diwawancara, wajah polosnya dan pancaran kedua matanya itu begitu tulus, ikhlas dan penuh ketegaran menerima hidupnya yang kini kakinya sudah tak sempurna lagi. Aku sampai iba melihat tayangan itu dan betapa Aku mengutuk perbuatan sang ayah yang ternyata sudah tak tersisa sedikitpun rasa kasih sayang pada hatinya, hingga ia mampu berbuat hal yang tak berperikemanusiaan itu. Argh Aku jadi geram sendiri nih…
Itu hanya sebagian contoh saja, mungkin masih banyak di luar sana kita lihat kasus-kasus lain yang ternyata sebuah pernikahan itu tidak selamanya berujung pada kebahagiaan. Idealnya pernikahan itu dapat mewujudkan suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah. Seperti impian setiap pasangan hidup ketika berikrar suci di hadapan penghulu. Betapa indahnya hidup ini . Kenikmatan yang tak terkira jikalau hal tersebut dapat terwujud dalam sebuah keluarga hingga melahirkan permata hati nan sholeh/sholehah.
Dalam lini kehidupan ini, jika masih ada orang yang berkutat dengan "pola pikir hitam-putih", maka betapa itu adalah sebuah pandangan yang teramat sempit. Terlebih dalam surat Huud ayat 7, Allah telah berfirman bahwa : "Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya". Sesungguhnya keberkahan hidup seseorang bukanlah terletak pada status lajang atau sudah menikah, namun pada sejauhmana Anda dapat membahagiakan orang sekeliling Anda; sejauhmana Anda dapat memaksimalkan ibadah kepada Allah, tercermin dari perilaku, perbuatan, perkataan dan akhlaqnya.
Wallahu A’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Text

Followers

cirebon city

jam